Tindakan Mengatasi Permasalahan
Pribadi di Kantor
A. MASALAH
DAN PENGARUHNYA TERHADAPKESEHATAN FISIK DAN MENTAL
1.
Alkoholisme
Alkoholisme merupakan penyakit progresif
yang ditandai dengan konsumsi alcohol secara berlebihan, berulang-ulang, dan
tidak terkontrol. Alkoholisme bukan hanya masalah sosial dan fisiologis,
melainkan dianggap juga sebagai salah satu penyakit psikologis. Di Amerika
alkoholisme merupakan penyebab salah satu utama gangguan kesehatan seperti
kanker, penyakit jantung dan lain-lain.
Pecandu alcohol merupakan orang yang
susah untuk menghilangkan kecansuannya untuk meminumnya. Akibat dari pecandu
alcohol, sebuah perusahaan dirugikan sebesar $30 miliar karena produksi menurun
diakibatkan dari pegawai yang tercandu alcohol tidak masuk dikarenakan izin
atau absen.
Alkoholisme menjadi salah satu masalah
yang serius di sebuah Negara karena populasinya mencapai 6% di populasi
pekerja. Perusahaan harus mengembangkan kebijakan mengenai alkoholisme sebelum
dipekerjakan. Karena hal tersebut akan mempengaruhi perilaku karyawan di dalam
tempat kerja.
Tiga langkah yang dianjurkan oleh dewan
nasional terhadap alkoholisme, yaitu:
a.
Pendidikan
Pendidikan yang dimaksud merupakan
memberikan pelajaran kepada para karyawan mengenai dampak dari alcohol atau
fakta-fakta yang berhubungan dengan alcohol. Hal tersebut dapat disampaikan
melalui media massa seperti televisi, artikel di tabloid perusahaan, dan
lain-lain.
b.
Deteksi Dini
Seorang pimpinan harus peka dan
waspada terhadap gejala alkoholisme yang ada di kalangan karyawannya. Sebuah
studi mengenai perilaku karyawan dan tanda-tanda kecanduan alcohol melalui
beberapa fase, yaitu:
1)
Tahap Pertama, sebelum
karyawan kehilangan control dalam meminum alcohol.
a)
Kehadiran
-
Datang terlambat ketika
bekerja (khususnya setelah makan siang).
-
Meninggalkan pekerjaan
lebih awal.
-
Absen dari kantor.
b)
Perilaku Umum
-
Bertingkah laku yang
melampaui batas dalam keseharian atau menghayalkan sebuah kecaman.
-
Mengeluh karena tidak
sedang merasa baik.
-
Berbohong.
c)
Hasil Kerja
-
Tidak sanggup untuk
melaksanakan deadline.
-
Membuat masalah karena
kurang perhatian atau jarang memberikan pendapat.
-
Mengurangi keefektivan
dalam bekerja.
2)
Tahap Kedua/Tengah,
sedikit kehilangan kontol
a)
Kehadiran
-
Sering mengambil libur
dengan alasan sakit yang tidak jelas atau alasan yang tidak masuk akal.
b)
Perilaku Umum
-
Membuat pernyataan
bahwa ia tidak dapat percaya dengan apa yang terjadi di dalam
kantor/perusahaan.
-
Mulai menghindari
pimpinan.
-
Meminjam uang dari
bendahara.
-
Melebih-lebihkan
prestasi kerja.
-
Dan lain-lain.
c)
Hasil Kerja
-
Kemunduran dalam segala
hal yang berhubungan dengan kinerja karyawan.
-
Langkah kerja tidak
beraturan.
-
Berkeliaran di dalam
kantor sehingga menganggu konsentrasi.
3)
Tahap Terakhir,
kehilangan control karena minum secara berlebihan.
a)
Kehadiran
-
Sering mengambil libur,
kadang-kadang sampai beberapa hari.
-
Tidak kembali ke kantor
setelah makan siang.
b)
Perilaku Umum
-
Bermegah-megah,
agresif, dan suka berkelahi.
-
Urusan dalam rumah
tangga dicampuri dengan pekerjaan.
-
Masalah keuangan dalam
penerimaan gaji.
-
Bermasalah dengan
hukum.
-
Minum pada saat
bekerja.
-
Dan lain-lain.
c)
Hasil Kerja
-
Tidak seimbang dan
tidak cakap secara keseluruhan.
Seorang
pecandu alcohol selalu menyembuyikan masalah mereka bahkan menyangkal bahwa
mereka memiliki masalah. Untuk itu, deteksi awal terhadap pecandu alcohol sulit
untuk dilakukan.
c.
Rujukan
Seorang
karyawan yang terdeteksi pecandu alcohol harus menerima pengobatan yang cocok
melalui konselor. Tugas konselor adalah memberikan kesan kepada karyawan bahwa
alcohol akan berdampak tidak baik terhadap diri mereka.
Di
sebuah Employees Assistance Program (EAP)
menyediakan orang-orang yang terlatih untuk mendiagnosa dan menawarkan
bantuan dalam memecahkan masalah pribadi karyawan yang mempengaruhi hasil kerja
mereka.
2.
Penyalahgunaan Obat
Masalah
lainnya yang dialami seorang karyawan di dalam kantor yaitu penyalahgunaan
obat. Akibat dari masalah ini karyawan akan kehilangan motivasinya untuk
bekerja di kantor. Selanjutnya, karena gaji mereka terlalu kecil untuk memenuhi
kebutuhan obat mereka, maka mereka mulai berpikiran untuk mencuri dan mengancam
keamanan di perusahaan/kantor.
a.
Pendidikan
Beberapa
perusahaan telah melakukan pelatihan dalam pencegahan menggunakan obat-obatan
terlarang. Selain itu dapat berbentuk dengan seminar-seminar yang dilaksanakan
oleh perusahaan untuk mengurangi dampak penyalahgunaan obat.
b.
Deteksi Dini
Mendeteksi
orang yang terkena pecandu narkotika sulit dilakukan dibandingkan dengan peansu
alcohol. Gejala pecandu narkotika tidak begitu jelas. Untuk membantu dalam
mengidentifikasi karyawan yang kecanduan kokain, seorang pemimpin harus
mengetahui tanda-tanda penyalahgunaan dan ketergantungan, sebagai berikut:
1)
Kehilangan control
-
Tidak bisa berhenti
menggunakan kokain.
-
Tidak bisa menolak
kokain.
-
Gagal dalam pembatasan
penggunaan kokain.
-
Kebiasaan dalam
menggunakan kokain
-
Pesta minum-minuman
keras selama 24 jam bahkan lebih.
-
Tidak dapat menahan
keinginan untuk menggunakan kokain.
2)
Keterlibatan yang
Berlebihan
-
Menyatakan dirinya
membutuhkan kokain.
-
Takut menderita tanpa
kokain.
-
Merasa ketergantungan
dengan kokain.
-
Kokain memiliki
pengaruh terhadap makanan, seks, keluarga dan teman.
3)
Penggunaan yang
Berlanjut dan Berakibat Merugikan
-
Secara medis:
kelelahan, insomnia (tidak bisa tidur), sakit kepala, dan lain-lain.
-
Secara psikologis:
cepat marah, depresi, gelisah, kehilangan konsentrasi, kehilangan motivasi,
kepribadian yang berubah, dan lain-lain.
-
Dampak
sosial/interpersonal: bermasalah dengan hubungan, keuangan, pekerjaan, dan
lain-lain.
Perusahaan
harus melakukan tes urin dalam penerimaan karyawan sebagai usaha pendeteksian
calon karyawan yang terkena penyalahgunaan obat.
c.
Rujukan
Seorang
pemimpin harus mampu mengenali karyawannya yang terlibat dengan obat-obatan
terlarang tersebut. Setelah mengetahui, jangan langsung untuk menghakimi, namun
lakukan rehabilitasi bagi yang telah menjadi pengguna.
3.
Penyakit Mental dan
Emosional
Penyakit
mental dapat berupa rendah diri, kecemasan, kekhawatiran, serta gangguan
hubungan interpersonal. Faktor-faktor lingkungan kerja yang mempengarhui mental
seseorang yaitu perubahan teknologi yang cepat, isolasi pada pekerjaan,
tekanan, dan lain sebagainya.
Karyawan
yang terkena gejala ini harus dilakukan rehabilitasi yang terbentuk terapi
maupun pendekatan oleh pimpinan.
4.
Stres
Stres
merupakan keadaan yang dialami seseorang pada saat krisis atau berada pada
kondisi yang tidak menyenangkan. Stres dipengaruhi oleh faktor emosional
sehingga terjadi ketegangan mental dan dapat menyebabkan masalah kesehatan yang
serius, seperti penyakit jantung. Stres telah diidentifikasi sebagai penyebab
utama penyakit stroke, kanker, kecelakaan, bunuh diri, dan lain sebagainya.
Beberapa
cara dalam meminimalkan stress, yaitu:
a.
Program kesehatan dan
kebugaran karyawan.
Program
ini dirancang untuk membantu karyawan dalam menjaga kesehatan mental dan fisik
untuk selalu tetap fit. Program in dapat berupa jogging, berenang, bersantai di sauna dan olahraga lainnya.
b.
Program manajemen
stress.
Program
ini meliputi seminar dan teknik relaksasi yang berupa meditasi dan yoga serta
diskusi yang berkenaan dengan kesehatan.
c.
Employee
Assistance Program (EAP).
Program
ini memberikan pelatihan khusus kepada para karyawan untuk meminimalisir atau
mengurangi gejala stress. Program ini dapat berupa liburan, istirahat dan
lain-lain.
d.
Kesehatan yang
insentif.
Perusahaan
memberikan cuti bagi para karyawan yang sedang sakit.
5.
Burnout
(Pemadaman)
Hal
ini disebabkan oleh kelelahan fisik maupun mental yang berhubungan dengan
tujuan yang tidak realistis karena mereka terpengaruh terhadap energy yang
tinggi, cita-cita yang tinggi dan harapan yang tidak realistis. Beberapa
gejalanya yaitu kelelahan emosional, bosan dalam bekerja, sikap sinis terhadap
pekerjaan seseorang, murung, konsentrasi buruk, pelupa, dan lain sebagainya.
6.
Merokok
Dampak
dari merokok dapat mengurangi produktivitas bekerja karena kesehatan yang
terganggu akibat dari rokok. Sebuah studi pada tahun1985 menyatakan bahwa 70%
dari perusahaan yang diteliti tidak memiliki kebijakan merokok dan 99% tidak
memiliki kebijakan melarang mempekerjakan perokok.
Selain
itu dampak dari merokok dapat dirasakan oleh lingkungan sekitar yang tidak
merokok, mereka akan merasa kesal karena pernafasan mereka terganggu oleh asap
rokok.
Upaya
untuk memecahkan masalah merokok di kantor, yaitu:
a.
Membatasi karyawan yang
morokok di wilayah tempat kerja.
b.
Tidak memaksakan
aturan-aturan merokok pada semua karyawan.
c.
Menggunakan tulisan
“larangan merokok” di ruangan atau meja karyawan.
d.
Instalasi pembersih
udara elektronik.
7.
Pelecehan Seksual
Pelecehan
seksual seringkali terjadi di kalangan karyawa kantor, tentu saja hal ini
menghina etnis atau ras dan dapat berupa tindakan yang tidak menyenangkan.
Perusahaan harus memiliki peraturan secara internal maupun eksternal untuk
menghindari pelecehan seksual.
8.
Hubungan Romantis di
Kantor
Hubungan
romantic terjadi karena seseorang ditempatkan di tempat kerja yang sama dan
memiliki keterkaitan kerja satu sama lain. Hal in dapat mempengaruhi kinerja
seseorang dalam pekerjaan mereka. Ketika asmara di kantor melibatkan atasan dan
bawahan, masalah mungkinakan muncul, seperti atasan yang menunjukkan
pengkhususan atau mengabaikan keluhan tentang pekerjaan bawahan lainnya.
9.
Nepotisme
Nepotisme
merupakan cara menunjukkan favoritisme dalam pekerjaan terhadap kerabat mereka.
Perusahaan yang nepotisme cenderung hanya percaya terhadap kerabat mereka
dibandingkan dengan yang bukan kerabat mereka. Praktik nepotisme dapat
menimbulkan masalah karena terjadi kecemburuan dan kebencian antar karyawan
yang menjadi kerabat dan yang bukan.
10. Homoseksualitas
Homoseksual
merupakan keinginan seksual terhadap sesama jenisnya sendiri. Jutaan
homoseksual bekerja di kantor-kantor bisnis public dan swasta, meskipun
kemungkinan bahwa sebagian besar atasan mereka tidak menyadari hal tersebut. Ada
bebrapa kantor yang melegalkan homoseksual jika itu tidak mengganggu kinerja
mereka, namun ada juga yang tidak mempekerjakan mereka yang terkena
homoseksual.
11. Kerja
Sampingan
Umumnya
seseorang yang memegang dua pekerjaan dilatar belakangi oleh tuntutan pemenuhan
kebutuhan hidup, pelunasan hutang, atau untuk pengalaman di bidang lainnya.
Pekerjaan sampingan menjadi masalah ketika para pekerja kantor sulit untuk
mempertahankan keduanya untuk seimbang. Sering terjadi kecelakaan dalam
pekerjaan akibat dari kelelahan, menjadi lebih argumentative dan sulit dalam hubungan
kerja mereka.
12.
Workaholic
(Gila Bekerja)
Workaholic
yaitu orang yang bekerja secara terus menerus meskipun terdapat waktu untuk
istirahat. Hal ini menjadi masalah karena akan mengganggu kesehatan mereka
dikarenakan waktu istirahat mereka digunakan untuk bekerja dan bekerja.
13. Karyawan
yang Mencuri
Jika
karyawan percaya bahwa perusahaan mereka memanfaatkan mereka dalam sebuah
pekerjaan, karyawan akan cenderung untuk mencuri. Pencurian dapat dimulai dari
hal-hal kecil seperti mengambil pena, pensil, stapler, dan alat tulis lainnya.
Beberapa
hal yang akan mengurangi ketidakjujuran karyawan, yaitu:
a.
Kepala
divisi/departemen harus bertanggung jawab untuk mengmbangkan danmenerapkan
control atas pembelian dan penerimaan.
b.
Semua pelamar pekerjaan
harus disaring dengan menyelidiki karakter mereka dankesenjangan dalam sejarah
pekerjaan mereka.
c.
Setiap karyawan yang
berhenti harus dihapus dari daftar gaji.
d.
Standar kinerja yang
realistis harus ditetapkan.
e.
Penegakan kebijakan
harus adil dan merata di setiap kalangan di perusahaan.
B. MASALAH
DAN PRAKTEK BERKAITAN DENGAN KEHADIRAN PEKERJAAN
Pada
bagian ini, beberapa masalah dan praktek yang berhubungan dengan kehadiran
pekerjaan diselidik.karen masalah ini secara tidak langsung terkait dengan
biaya.
1.
Keterlambatan dan Ketidakhadiran
a.
Keterlambatan
Masalah
keterlambatan merupakan bentuk ketidakhadiran, biasanya ditangani oleh teguran
lisan. Teguran dapat diikuti dengan pemotongan gaji. Seorang pimpinan harus
dapat mentoleransi karyawannya yang terlambat yang disebabkan oleh hal-hal yang
darurat.
b.
Ketidakhadiran
Menganalisis
masalah ketidakhadiran dengan mencari tahu:
1)
Tingkat ketidakhadiran.
Untuk
mengukur tingkat ketidakhadiran di kantor atau departemen.
Tingkat ketidakhadiran (%) =
Contoh:
Asumsikan
bahwa di computer pusat bank ada rata-rata 25 pekerja yang dipekerjakan selama sebulan
memiliki 22 hari kerja. Karena ketidakhadiran, 15 pekerja bolos. Tingkat ketidakhadirannya
yaitu:
2)
Penyebab
ketidakhadiran.
Beberapa
karyawan tampaknya menghindari bekerja dengan dalih sedikit sakit. Selain itu
karyawan wanita yang telah menikah memiliki ketidakhadiran yang besar
dibandingakan dengan pria karena menurut adat tradisional bahwa perempuan hanya
di rumah saja.
3)
Biaya ketidakhadiran.
Statistik
dari Departemen Tenaga Kerja menunjukkan bahwa ketidakhadiran berdampak pada
pereokonomian yaitu $20 billion per tahun. Selain itu, industry menghabiskan
$10 billion setahun untuk membayar biaya sakit. Contoh perhitungan biaya
ketidakhadiran pada perusahaan kecil yang memiliki 40 karyawan kantor, biaya yang
di keluarkan $9.600. Biaya ini belum termasuk biaya lain seperti upah lembur
pekerja pengganti, terganggunya aliran kerja, dan lain sebagainya.
4)
Tindakan yang harus
diambil untuk mengurangi dan mengontrol ketidakhadiran.
Cara
yang biiasanya dilakukan yaitu dengan hukuman atau denda tapi hal tersebut akan
mengakibatkan ketidakpuasan kerja. Cara lain yaitu dengan memberikan bonus
kepada karyawan yang rajin bekerja dan selalu hadir.
0 komentar: